29 September, 2007

Nostalgia Ke Jalan Gajah Mada (02)


Nah ini salah satu bangunan yang "nyangkut" di kawasan konservasi. Aku sih 'ngga' tau pasti apa maksudnya ngebangun bangunan kaya' gini. 'ngga' ngerti aturan, pura - pura 'ngga' ngerti apa emang sengaja 'ngga' mau ngerti......?!?!?!(wied)

Kamera : Canon Powershoot G5

Speed : 1/79

aperture : 1/2.8

editan PSCS

Nostalgia Ke Gajah Mada (01)


ini tempat mang bener - bener favorit aku buat hunting foto - foto kawasan konservasi. Soalnya di sekitarnya tuw banyak banget gedung - gedung kuno, meskipun 'nggak se-eksotik kawasan kota tua di jakarta, atow yang banyak bertebaran di Venesia Dari Timur ( semarang ). Tapi lumayan kalo di-freeze lewat kamera. Dulu kawasan ini pernah jadi CBD tempo doeloe, namun sejak menjamurnya toko - toko dan pembanguna mall di sekitar denpasar. Maka kawasan ini pun mulai di lupain oleh kebanyakan orang.Sekarang ini wajah gajah mada mulai ada "noda" dengan bangunan - bangunan salah tempat. yang seharusnya konteks ma lingkungan sekitar, eh....malah laen sendiri.(wied)
Kamera : Canon Powershot G5
Speed : 1/79
aperture : f/5.6
Edutan PSCS

27 September, 2007

Pura Kentel Gumi #04

Nah, yang ini adalah Meru tumpang Solas, bangunan utama yang ada di palebahan atau natar Pura Kentel Gumi. Dimensi Meru Tumpang Solas ini memang agak besar dengan ruang efektif 7x7 meter. Bagi arsitek, memperhatikan dan memahami struktur Meru sesungguhnya amat penting karena menggunakan struktur khusus. Yang lebih penting, pembangunan Meru amat jarang dilakukan, kapan lagi bisa ngeliat kaya gini .... ?
Komentar fotografi ? Ya... soal penyinaran dan keseimbangan "frame". (Foto: Widnyana).

Pura Kentel Gumi #03

Keunikan lain dari Pura Kentel Gumi adalah memiliki 2 buah entry gate, satu menghadap ke utara dan satu lagi menghadap ke barat. Dengan demikian, pura ini memiliki 2 bancingah (jaba sisi/halaman luar) dengan Bale Kulkul berada di pojok barat laut. Untuk mendapat bidikan yang jelas, pemotretan sebaiknya dilakukan pada sore hari saat matahari berada di sisi utara (saat ini, matahari berada di sisi selatan - yah... "front view" nya jadi item siluet).
Foto Kentel Gumi #01 adalah Candi Bentar yang menghadap ke utara (rada siluet ya ?) sedangkan foto ini adalah Candi Bentar yang menghadap ke arah barat, jadi rada terang (Foto: Widnyana).

Pura Kentel Gumi #02

Pura Kentel Gumi terdiri dari 4 penataran pura yang berbeda, masing-masing Pura Bale Agung, Pura Maspahit, Pura Kentel Gumi dan Pura Masceti yang berada di satu natar besar. Kompleks 4 natar pura ini oleh umat Hindu biasa disebut sebagai Pura Kentel Gumi. Tidak seperti pura lain pada umumnya yang setiap mandala (halaman) pura ditata dengan perbedaan level natar yang semakin tinggi, natar Pura Kentel Gumi justru memiliki mandala yang semakin rendah memasuki utama mandala.
Sisi fotografi yang menarik dari pura ini adalah tata letak bangunan yang memberi banyak sudut pandang menarik. Seolah, semua sisi menghadirkan konfigurasi bangunan yang bagus dan menghadirkan keseimbangan ruang (lensa lebar 18 amat tepat digunakan motret di pura ini).
Pola pemugaran yang disepakati dalam paruman adalah mempertahankan karakter bahan dan langgam sebelumnya. Karena itu, bahan bangunan kombinasi batu padas (paras) dan bata merah tetap dipertahankan sedangkan langgam bangunan (terutama proporsi dan ragam hias) "berguru" pada bangunan Kori Agung, satu-satunya bangunan yang masih utuh menggunakan langgam asli.
Foto ini adalah Kori Agung yang disusun kembali setelah diturunkan dengan hati-hati sehingga sebagian besar bahan bisa dikembalikan lagi ke posisi awal.(Foto: Widnyana).

Pura Kentel Gumi #01

Pura Kentel Gumi di Desa Tusan, Banjarangkan, Klungkung kini sedang dipugar. Kegiatan pemugaran ini telah dilakukan sejak September tahun lalu dan diharapkan akan selesai pada Juni 2007 karena Oktober 2007 akan dilakukan upacara besar di pura tersebut yang disebut upacara "Ngreka Bhuwana". Informasi kegiatan pemugaran dan upacara ini akan saya sajikan di situs lain, tapi dalam perspektif foto arsitektur beberapa foto saya tampilkan untuk menjadi bahan kajian. (Foto: Widnyana)

Hutan gunung Agung - terbakar

Selingan nih (tapi mikirnya serius !). Saat motret bangunan upacara lensa saya menangkap ada kepulan asap di punggung gunung Agung. Semula saya kira awan namun bergeraknya hanya di seputaran titik itu saja. Ketika dibidik dengan lensa panjang 300 (hah... :o ternyata kurang cukup panjang untuk membidik) terlihat asap bergulung-gulung. Sebaran asap dan titik api nampak melebar ke titik lain. Nah ! Kehutanan yang mesti cepat tanggap. Menurut penduduk Besakih, Sasih Kapat sering terjadi kebakaran hutang di hutan gunung Agung yang kemungkinan besar diakibatkan oleh kelalaian manusia, pendaki yang membuat api unggun, puntung rokok dan tidak tertutup kemungkinan gesekan antara batang kering pohon pinus. (Foto: Widnyana).

Pura Dalem Puri #02

Inilah "prefab" bangunan yang akan digunakan dalam menunjang pelaksanaan upacara Ngenteg Linggih di Pura Dalem Puri. Wewangunan ini dibuat oleh beberapa orang pengayah dengan teknik sambungan struktur bangunan dan pemasangan atap menggunakan tali bambu sebagai pengikat (wah... jadi ngomongin struktur !).
Setelah selesai upacara nanti, bangunan ini akan dibongkar, natar pura pun kembali lagi lega dan tanaman bersemi lagi menghijau.
Siklus upacara di pura seringkali menyodorkan perubahan wajah lingkungan secara cepat dari arsitektur ke landscape.(Foto: Widnyana)

Pura Dalem Puri #01

Dalam rangka Karya Ngenteg Linggih di Pura Dalem Puri 10 Oktober 2007, kini sedang giat dilakukan pembangunan berbagai sarana upacara termasuk bangunan-bangunan khusus yang akan digunakan untuk berbagai kepentingan menunjang pelaksanaan upacara. Bangunan-bangunan ini menggunakan bahan-bahan bambu, batang pinang, anyaman daun kelapa dan alang-alang. Sesekali melihat pembangunan "prefab" sederhana ternyata menarik juga. (Foto: Widnyana)

Pura Tuluk Biyu #03

Lagi-lagi, kendalanya adalah soal sudut sempit, terlebih saat itu sedang dilaksanakan upacara besar sehingga berbagai perlengkapan upacara dan bangunan temporer lainnya lebih mempersempirt sudut pemotretan. Foto ini menggunakan lensa lebar 18 namun tetap tidak menolong bahkan menghadirkan garis-garis distorsi pada bangunan (distorsi ini tentunya bisa diperbaiki lagi di komputer).
Bangunan-bangunan Padmasana, Meru dan Sanggar Tawang (temporer untuk upacara) ini menghadap ke barat sehingga pemotretan pada sore hari mungkin akan menghasilkan sajian yang lebih informatif, bukan sekedar sosok siluet belaka. (Foto: Widnyana)

Pura Tuluk Biyu #02

Jajaran palinggih Meru di sisi belakang Pura Tuluk Biyu. Sudut sempit pemotretan tidak memberi cukup ruang untuk menampilkan bangunan secara utuh. Kendati begitu, jajaran tumpang-tumpang atap Meru justru menjadi tampil unik.
Selain palinggih Meru, di jajaran belakang yang berbatasan dengan jurang ini, terdapat sekitar 15 palinggih kecil menggunakan bahan batu vulkanik sebagai bataran dan ijuk sebagai bahan atap (kereb).
Dari sisi belakang ini pula, pandangan ke arah gunung dan danau Batur terlihat luas, bebas dan indah tentunya. (Foto: Widnyana)

Pura Tuluk Biyu #01

Natar utama Pura Tuluk Biyu, Batur. Berbeda dengan kebanyakan pura, Pura Tuluk Biyu hanya memiliki satu natar yang dibatasi oleh tembok panyengker dengan dua Candi Bentar di bagian depan. Kendati demikian, di natar ini terdapat pengelompokan bangunan-bangunan palinggih sesuai dengan fungsinya. Bangunan yang terlihat dalam foto adalah palinggih Pengaruman Agung atau atau bangunan utama yang terletak di tengah natar.
Natar pura yang menggunakan perkerasan paving - grass block, tapi nggak ada rumputnya :(, cocoknya yaaa.. dust block kali ya! - menimbulkan penyinaran yang berlebih pada foto sehingga terjadi kontras yang cukup tinggi. (Foto: Widnyana)
Kemarin, 26 September 2007, adalah Purnama Kapat atau purnama yang keempat saat banyak umat Hindu melakukan upacara di desa masing-masing termasuk di pura besar atau Kahyangan Jagat di Bali. Hampir seharian saya melakukan perjalanan menelusuri 3 pura besar, Pura Tuluk Biyu di Batur, Pura dalem Puri di Besakih dan Pura Kentel Gumi di Klungkung.
Di Pura Tuluk Biyu saya motret upacara tahunan Purnama Kapat dan Nugtug Warsa Karya Madewasraya yang dilaksanakan tahun lalu sekaligus menyerahkan album dokumentasi yang saya buat tahun lalu. Di Pura Dalem Puri, Besakih, mengadakan pertemuan dengan Jero Mangku dan Bendesa membahas konsep buku, cetakan dan grafis lainnya terkait dengan kesertaan saya sebagai bagian dokumentasi dalam rangka Karya Ngenteg Linggih tanggal 10 Oktober 2007 nanti. Beda dengan di dua pura tersebut, di pura Kentel Gumi saya hanya site visit aja karena dokumen perencanaan pura yang sedang dipugar itu disiapkan oleh Badan Pengabdian Profesi - Ikatan Arsitek Indonesia Daerah Bali.
Ada beberapa foto arsitektural yang saya buat di tiga pura tersebut. Suasana pagi, siang dan sore tergambar pada beberapa bidik foto yang saya sertakan pada posting hari ini.

Upacara di Pura Tuluk Biyu cukup menarik dari sisi fotografi dan akan berlangsung hingga tanggal 7 Oktober nanti. Di Pura Dalem Puri, upacara Ngenteg Linggih berlangsung hingga 21 Oktober 2007 sedangkan kegiatan pemugaran di Pura Kentel Gumi berlangsung terus dan ditargetkan akan selesai sekitar Juli 2007.
Bagi anggota arsnap yang tertarik, lanjut saja datang ke situs-situs tersebut, lalu upload foto-foto perburuan itu di arsnap untuk bahan debat. Ok ? (Widnyana)

24 September, 2007

Interior Bali Hyatt Spa, Sanur

Visualisasi arsitektur senantiasa akan "bertemu" dengan elemen interior dan landscape yang keduanya menuntut rasa dan teknik fotografi yang berbeda. Bagian interior bangunan lobby Spa Bali Hyatt Sanur, misalnya, menampilkan struktur dan bahan bangunan Bali secara utuh sehingga tidak ada bagian yang bisa diabaikan. Lensa lebar, dan juga format frame, amat dibutuhkan untuk menyajikan elemen ruang agar menimbulkan kesan hangat.
Foto ini dipotret apa adanya tanpa menggunakan bantuan tata lampu tambahan, tanpa tripod, semata memanfaatkan pencahayaan ruang yang ada.
(Foto: Widnyana)

Taman Budaya #01

Sisi belakang Gelung Kori di panggung terbuka Ardha Candra Taman Budaya, Abian Kapas, Denpasar. Biasanya, Gelung Kori ini dipotret dari arah depan dengan latar depan panggung terbuka dan garis-garis bangku penonton. Sekali-kali, pemotretan dari sisi lain akan memberi efek yang berbeda. Ruang yang luas bisa dikemas lebih akrab dengan memasukkan unsur tanaman sebagai latar depan sekaligus menjadi "frame".
(Foto: Widnyana)

Pura Pangubengan #04

Dari sudut pemotretan yang sama, obyek Meru dipotret dalam frame horisontal. Situasi lingkungan site dan latar belakang gunung Agung terlihat lebih utuh dan memberi gambaran suasana lingkungan.
(Foto: Widnyana)

Pura Pangubengan #03

Format vertikal, lebih condong ingin menunjukkan wujud Meru seutuhnya namun mengabaikan situasi lingkungan.
(Foto: Widnyana)

Pura Pangubengan #02

Sisi lain siluet Pura Pangubengan Besakih. Pohon cemara di sisi kiri dan kanan mampu memberi perbandingan skala terhadap bangunan Meru dan Pura secara keseluruhan.
(Foto: Widnyana)

23 September, 2007

Pura Pangubengan #01

Pura Pangubengan Besakih menjelang sore dengan langit biru bersih membuat suasana pura di tengah hutan lereng gunung Agung ini terlihat hening, sunyi dan damai. Siluet bangunan Meru dan Bale memperkuat kesan "diam".
(Foto: Widnyana)